Kerutan yang terhias sangat tajam. Raut yang ditampilkan begitu menyayat. Tatapan matanya penuh kebencian, penuh kemarahan, mengharap iba juga. "Sang raja tak (terlalu) peduli padaku," katanya. Ingin merengkuh, tapi takut terlalu rapuh. Hanya diam, terlalu sadis dilakukan. Bukan apa, perbandingan tubuhku dan tubuhnya terlalu jauh. Merasa egois dan rakus.
Tulang yang menonjol membuat air ini semakin menonjol keluar juga dari tempat bernaungnya. Jantung pun berdegup lebih cepat dibanding sang angin.
Jadi kemana saja orang yang menjanjikan kesejahteraan? Apakah seperti ini yang dinamakan sejahtera? Dimana orang-orang yang meneriakkan kata manis saat itu? "Inikah keadilan?" Seakan dia berbicara padaku dengan tatapan sendunya. Kemana perginya orang-orang ketika ada teman kecilnya seperti ini?
Ketika pikiran dunia menguasai, masalah ini tidak akan berujung. Hanya akan memperlebar jika dibiarkan terus menerus.
Jalanan terjal, tidak ada kendaraan mewah untuk mencapainya, tidak ada sesuatu yang bersih untuk dipakai dan untuk tempat tinggal, jarak menuju pusat kota sangat jauh, tidak ada sesuatu yang baik untuk dikonsumsi, kekurangan berbagai macam kebutuhan untuk hidup. Karena siapa? Karena apa?
Berkacalah pada malaikat kecil ini.